PENDIDIKN YANG IDEAL Oleh: Siti Amianh dan Heriyawan
BAB I
Pendahuluan
Pendidikan adalah masalah yang paling
penting untuk diperhatikan bersama oleh semua pihak, baik pemerintah, orang tua
maupun masyarakat. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia kapan dan
di manapun. Tanpa pendidikan manusia tidak
akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Manusia diberikan kelebihan akal oleh
Allah SWT. untuk berpikir dan berkembang serta kebudayaan yang tinggi
dibandingkan dengan makhluk lain, karena itu pendidikan merupakan sarana yang
paling tepat untuk membina dan mendidik hingga pada akhirnya terjadi
keseimbangan antara aspek fisik dan mental.
Islam mengehendaki
pengetahuan yang benar-benar dapat membantu mencapai kemakmuran dan
kesejahteraan hidup manusia. Yaitu pengetahuan terkait urusan duniawi
dan ukhrowi, yang dapat menjamin kemakmuran dan kesejahteraan hidup
manusia di dunia dan di akhirat.
BAB II
Pembahasan
A.
Pengertian, Dasar-Dasar, Dan
Tujuan Pendidikan Islam
1.
Pengertian Pendidikan Islam
Dalam Bahasa Arab ada beberapa
istilah yang biasa digunakan dalam pengertian pendidikan. Kata “pendidikan” yang umum kita gunakan
sekarang, dalam bahasa Arabnya adalah tarbiah,
dengan kata kerja rabba (mendidik), dan kata kerja ini sudah digunakan
pada zaman Nabi S.A.W. seperti yang tercantum dalam surah al-Qur’an:
… Éb>§
$yJßg÷Hxqö$#
$yJx. ÎT$u/u #ZÉó|¹ ÇËÍÈ
"Wahai
Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku waktu kecil". (QS.
Al-Isra’: 24).
Dalam
bentuk kata benda, kata rabba ini di gunakan juga untuk Tuhan, mungkin
karena Tuhan juga bersifat mendidik, mengasuh, memelihara, dan malah mencipta.
Selain kata Tarbiyah (rabba) yang
mengandung arti pendidikan, terdapat juga kata lain seperti: ta'lim (‘allama) dan ta’dib
(addaba).[1]
Menurut Al-Baidhawi tarbiah
berarti : pendidikan, yang ialah menyampaikan sesuatu secara tahap demi tahap
menuju kesempurnaan.[2]
Dan menurut M.J.Langeveid, pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing
yang belum kepada kedewasaan.[3]
Sedangkan mengenai pengertian
pendidikan Islam, para ahli didik Islam sering berbeda pendapat:
a.
Menurut Drs. Ahmad D. Marimba,
Pendidikan Islam yaitu bimbingan jasmani, rohani, berdasarkan hukum-hukum
agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama (kepribadian muslim)
menurut ukuran-ukuran Islam.
b.
Menurut Drs. Burlian
Somad, Pendidikan Islam ialah pendidikan yang bertujuan membentuk individu
menjadi makhluk yang bercorak diri, berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan
isi pendidikannya untuk mewujudkan tujuan itu adalah ajaran Allah.
c.
Sedangkan menurut Musthafa
Al-Ghulayaini, bahwa Pendidikan Islam ialah menanamkan akhlak yang
mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air
petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap
dalam) jiwanya, kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja
untuk kemanfaatan tanah air.
d.
Menurut Syah Muhammad A.
Naquib Al-Atas: Pendidikan Islam ialah usaha yang dilakukan pendidik
terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar
dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing ke arah
pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud
dan kepribadian.
Dari uraian di atas,
bahwa para ahli didik Islam berbeda pendapat. Sebagian ada yang menitikberatkan
pada segi pembentukan akhak anak, sebagian lagi menuntut pendidikan teori dan
pratek, dan sebagian lainnya menghendaki terwujudnya kepribadian muslim, dan
lain-lain. Namun dari perbedaan pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan
adanya titik persamaan yang secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut:
Pendidikan Islam ialah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada
terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim.[4]
2.
Dasar-Dasar Pendidikan Islam
Dasar
pendidikan Islam secara garis besar ada 3, yaitu: Al-Qur’an, As-Sunah dan
perundang-undangan yang berlaku di negara kita.
a.
Al-Qur’an
Islam ialah agama yang membawa misi agar
umatnya menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Ayat al-Qur’an yang pertama
kali turun ialah berkenaan (di samping masalah) keimanan dan juga pendidikan.
Allah Ta’la berfirman :
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
“Bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah. Yang mengajar
(manusia) dengan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.”
(QS. Al-Alaq ayat 1-5).
Ayat
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa (seolah-olah) Tuhan berkata, hendaklah
manusia meyakini akan adanya Tuhan Pencipta manusia (dari segumpal darah).
Selanjutnya, untuk memperkukuh keyakinannya dan memeliharanya agar tidak
luntur, hendaklah melaksanakan pendidikan dan pengajaran. Disamping itu banyak
lagi ayat-ayat al-Qur’an yang menyinggung pendidikan, antara lain: Surah
al-Baqarah ayat 31, 129 dan 151, surah Ali Imran ayat 164, surah al-Jumuah ayat
2 dan sebagainya.
b.
As-Sunnah
Rasulullah
SAW menyatakan bahwa beliau adalah juru didik. Dan juga Rasulullah menjunjung tinggi
pada pendidikan Islam dan memotivasi agar berkiprah pada pendidikan dan
pengajaran.
Rasulullah
SAW sendiri pernah memerintahkan kepada orang-orang kafir yang tertawan dalam
perang Badar, apabila ia ingin bebas supaya terlebih dahulu mereka mau mengajar
kepada 10 orang Islam. Sikap Rasulullah tersebut merupakan fakta bahwa Islam
sangat mementingkan adanya pendidikan dan pengajaran.
Rasulullah
SAW bersabda:
مَنْ كَتَمَ عِلْمًا اَلْجَمَهُ اللهُ بِلِجَامٍ
مِنَ النَّارِ.
“Siapa
orangnya yang menyembunyikan ilmunya maka Tuhan akan mengekangnya dengan kekang
berapi.” (HR. Ibnu Majah).
Dari hadits ini dapat diambil kesimpulan bahwa
Rasulullah SAW mewajibkan umatnya untuk menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran.
c.
Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia
UU
No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
a.
Pasal 11 Ayat 1 disebutkan:
“Jenis pendidikan
yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan
kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan,
pendidikan akademik dan pendidikan profesional.”
b.
Pasal 11 ayat 6 disebutkan:
“Pendidikan keagamaan
merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan
peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang
bersangkutan.”
Dari UU No. 2 Tahun 1989 ini dapat
disimpulkan bahwa pendidikan keagamaan bermaksud mempersiapkan peserta didik
untuk dapat menjalankan peranannya sebagai pemeluk agama yang benar-benar
memadai. Ilmu Pendidikan Islam termasuk ilmu praktis maka peserta didik
diharapkan dapat menguasai ilmu tersebut secara penuh (teoritis dan praktis),
sehingga ia benar-benar mampu memainkan peranannya dengan tepat dalam hidup dan
kehidupan.[5]
3.
Tujuan Pendidikan Islam
Salah
satu tujuan pendidikan Islam ialah mengembangkan manusia yang baik, yaitu
manusia yang beribadah dan tunduk kepada Allah serta mensucikan diri dari dosa.
Atas dasar itu, tujuan pendidikan Islam diukur antara lain dengan nilai isi
pendidikannya, yaitu merealisasi tercapainya keutamaan dan kesempurnaan diri
dengan jalan ma’rifat kepada Allah dan berorientasi kepada kehidupan
yang baik dan utama. Isi pendidikan tersebut mencakup kepentingan manusia di
dunia dan di akhirat.
Manusia
sempurna ialah manusia yang berakhlak mulia serta bertingkah laku dan bergaul
dengan baik. Inilah aspek penting tujuan pendidikan akhlak dalam pendidikan
Islam. Namun, pada waktu yang sama, pendidikan Islam tidak menyempitkan
perhatiannya pada satu aspek kepribadian individu atau masyarakat.[6]
Berbagai
petunjuk al-Qur’an maupun Sunnah yang menyangkut pendidikan pada umumnya
menunjukkan bahwa tujuan utama pendidikan adalah pendidikan moral (akhlak) dan
pengembangan kecakapan atau keahlian. Mengenai akhlak, prinsip dan
permasalahannya hampir sama untuk seluruh umat manusia sepanjang masa. Tetapi
mengenai keahlian, terdapat perbedaan keperluan manusia dari satu tempat dengan
tempat yang lain.[7]
B.
Pendidikan Islam Adalah
Pendidikan Ideal
1.
Ciri-ciri Khas Sistem
Pendidikan Islam
Islam
memandang manusia secara totalitas, mendekatinya atas dasar apa yang terdapat
dalam dirinya, atas dasar fitrah yang diberikan Allah kepadanya, tidak ada
sedikit pun yang dibaikan dan tidak memaksakan apa pun selain apa yang
dijadikan sesuai dengan fitrahnya. Oleh karena itu, tidak ada satu sistem pun
yang bisa mendekati kodrat itu seperti yang dilakukan oleh Islam, atau
menghasilkan sesuatu setelah dibinanya dan didudukkannya di tempat yang tepat,
seperti yag dihasilkan oleh Islam.
Islam
tidak hanya memberi konsumsi yang tepat kepada setiap segi manusia, tetapi juga
memberi takaran bagian-bagian yang tepat, tidak lebih dan tidak kurang. Dengan
demikian, setelah masing-masing menerima bagiannya secara tepat dan dengan
takarannya yang tepat pula, manusia bekerja dengan rajin, produktif dan gesit
selama hayatnya.
Tidak
ada suatu sistam lain yang mampu memberikan tarapi bagi manusia secara tepat
dan menyeluruh seperti itu. Ada sistem yang hanya mempercayai satu segi manusia
saja, lalu puas kalau sudah memberinya konsumsi yng dianggapnya baik.
Islam meyakini segi eksistensi
manusia yang dapat melihat dengan indra apa yang berjasad dan yang tidak
berjasad. Karena Islam meyakini manusia berasal dari segumpal tanah:
ÎoTÎ) … 7,Î=»yz #Z|³o0 `ÏiB &ûüÏÛ ÇÐÊÈ
“Sesungguhnya Aku
menciptakan manusia dari tanah.” (QS. Shad: 71)
Islam mengakui wujud manusia secara
utuh, tanpa mengurangi nilainya dan merusak kemampuannya sediki pun. Ia
memperkenankan kebutuhan dan kehendaknya. Oleh sebab itu ia memenuhi kebutuhan
makan, pakaian, tempat tinggal, seksual, dan harta yang diperlukan. Ia
mendukung penuh daya-dayanya untuk bekerja, membangun, menciptakan
tatanan-tatanan dan mengembangkan kebudayaan.
Disamping itu, Islam juga meyakini
adanya unsur rohani manusia dan meyakini bahwa dalam diri manusia terdapat
hembisan roh Allah, seperti yang tercantum dalam firman-Nya:
#sÎ*sù ¼çmçG÷§qy àM÷xÿtRur ÏmÏù `ÏB
ÓÇrr (#qãès)sù
¼çms9 tûïÏÉf»y ÇÐËÈ
“Maka
apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh
(ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadaNya.” (QS. Shad: 72)
Maka dari itulah, Islam mengakui
kebutuhan-kebutuhan spiritual wujud manusia beserta segala daya yang terkandung
di dalamnya. Ia memberikan segala yang diperlukannya seperti akidah,
nilai-nilai dan harga diri, dan menyokong daya-daya yang ada padanya buat
memperbaiki eksistensi mental dan kejelekan-kejelekan yang terdapat dalam
masyarakat, serta menegakkan kebenaran, dan keadilan yang abadi, dengan
mempertalikan eksistensi manusia itu dengan Allah dan melandaskan eksistensinya
itu kepada Allah.
Dari uraian tersebut, dapat kita
ketahui bahwa metodologi Islam dalam
melakukan pendidikan adalah dengan melakukan pendekatan yang menyeluruh
terhadap wujud manusia, sehingga tidak ada yag tertinggal dan terabaikan sedikit
pun, baik segi jasmani maupun segi rohani, baik kehidupannya secara fisik maupun
kehidupannya secara mental, dan segala kegiatannya di bumi ini.[8]
2.
Kesetaraan
Gender Dalam Pendidikan
Dalam
hal belajar, Islam tidak pernah membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan.
Sabda Nabi S.A.W:
طَلَبَ العِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ
“Belajar
adalah kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan”.
Tanpa perbedaan,
agama Islam menganjurkan setiap laki-laki dan perempuan untuk belajar serta
menggunakan ilmu yang yang dimilikinya serta berijtihad untuk menyebar luaskan
ilmu tersebut. Di samping itu, Islam tidak hanya menganjurkan untuk belajar,
tapi juga melakukan diskusi serta penelitian.
Rasulullah SAW
memberikan hak belajar bagi kaum wanita, sebagai bukti, dalam sejarah
disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah meminta kepada Shafah Al Adawiyah untuk
mengajarkan membaca dan menulis kepada istri beliau Sayyidah Hafsah. Dalam hal
ini terbukti bahwa pendidikan tidak hanya untuk kalangan pria tapi juga untuk
wanita.
3.
Pendidikan
Seumur Hidup
Konsep pendidikan seumur sudah sejak lama dipikirkan para pakar pendidikan
dari zaman ke zaman. Terutama dalam Islam, sudah jauh sebelum pendidikan barat
mempermasalahkannya Islam sudah mengenal dengan pendidikan seumur hidup. Hal
ini dinyatakan dalam hadits Nabi SAW yang berbunyi :
اُطْلُبِ الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى اللّحْدِ
"Tuntutlah ilmu dari
buaian hingga liang lahat.
Konsep tersebut
lebih dikuatkan dengan terbitya buku karya Paul Lengrand yang berjudul An Introduction To Lifelong
Education pada tahun 1970. Yang kemudian dikembangkan oleh UNESCO.
Dengan demikian, pendidikan pada
intinya tidak hanya berlaku selama 9 atau 12 tahun, tapi seumur hidup. Sejak
baru dilahirkan sampai meninggal dunia, bahkan pendidikan berlaku sejak
seseorang memilih pasangan, terjadinya pembuahan di rahim ibu dan sejak
seseorang berada dalam kandungan.
Dalam Islam,
seseorang yang berpendidikan memiliki kedudukan tinggi meskipun dari kalangan
yang terbelakang, karena agama Islam tidak memandang kepada darah dan
keturunan, tetapi lebih menekankan kepada ilmu, amal, takwa dan akhlaq. Dengan ilmu dan pendidikan, status sosial dan keturunan tidak menjadi
penghalang untuk menempati kedudukan yang tinggi dalam Islam. Yang berarti,
pendidikan tidak hanya untuk kalangan atas tapi untuk semua kalangan. Karena Islam merupakan agama yang universal.
Firman Allah SWT :
!$tBur
»oYù=yör&
wÎ)
ZptHôqy
úüÏJn=»yèù=Ïj9
ÇÊÉÐÈ
"Dan Tiadalah Kami
mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS. Al Anbiya : 170)
4. Integrasi antara Ilmu Agama dan Ilmu Umum
Al
Qur’an dan as Sunnah tidak pernah membedakan antara ilmu agama dengan ilmu
umum, yang ada adalah ilmu. Adanya pembagian antara ilmu agama Islam dengan
ilmu umum merupakan hasil kesimpulan manusia yang mengidentifikasi ilmu
berdasarkan sumber objek kajiannya. Jika yang dibahas al Qur’an dan Hadits,
dengan metode ijtihad akan dihasilkan ilmu-ilmu agama seperti teologi, fikih,
tafsir, hadis, tasauf dan sebagainya. Jika yang dibahas itu bumi, langit dan
isinya, akan muncul ilmu umum seperti fisika, kimia, biologi, astronomi,
sosiologi, sosial, ekonomi, budaya, antropologi dan sebagainya. Yang pada
dasarnya ilmu-ilmu tersebut berasal dari Allah.
Dalam
al Qur’an dan as Sunnah, tidak dikenal adanya pemisahan antara ilmu agama dan
ilmu umum. Hal ini dapat dipahami dari ayat al Qur’an berikut.
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù 9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( wur [Ys? y7t7ÅÁtR ÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJ2 z`|¡ômr& ª!$# øs9Î) ( wur Æ÷ö7s? y$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# w =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan. (QS. Al Qhasash : 77)
Oßg÷YÏBur `¨B ãAqà)t !$oY/u $oYÏ?#uä Îû $u÷R9$# ZpuZ|¡ym Îûur ÍotÅzFy$# ZpuZ|¡ym $oYÏ%ur z>#xtã Í$¨Z9$# .
“Dan di antara mereka ada orang yang bendoa:
"Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah Kami dari siksa neraka". (QS. Al
Baqarah : 201)
Hadits
Nabi SAW :
اعْمَلْ لِدُنْيَاك كَأنَّكَ تَعِيْشُ أَبَدًا وَ
اعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا.
“Bekerjalah untuk kebahagiaan hidupmu di dunia seolah-olah kau hidup
selamanya, dan beramal lah untuk kebahagiaanmu di akhirat seolah-olah engkau
akan meninggal besok.” (HR
Ibn Asakir)
Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَ
مَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَ مَنْ أَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ
بِالْعِلْمِ
“Siapa yang
menginginkan kebahagiaan dunia, hendaklah ia berilmu, siapa yang mengingikan
kebahagiaan akhirat hendaklah ia berilmu, dan siapa yang menghendaki keduanya,
maka ia pun harus berilmu.”
Dari uraian diatas dapat kita ketahui
bahwa, Islam mengajarkan untuk menuntut ilmu, tidak hanya ilmu agama tapi juga
ilmu umum. Karena kedua hal tersebut adalah hal yang sangat penting dalam
kehidupan.[9]
BAB III
Kesimpulan
Pendidikan
Islam adalah pendidikan yang ideal, karena pendidikan Islam itu tidak lepas
dari berpedoman pada Al-qur’an dan Al-hadits, keduanya itu adalah pondasi besar
dalam menentukan baik buruknya suatu sistem pendidikan.
Pendidikan
dalam Islam itu tidak memandang kepada
darah dan keturunan, tetapi berlaku untuk semua kalangan, baik itu laki-laki
atau pun perempuan, tua atau muda, dan kaya ataupun miskin, tetapi yang lebih
ditekankan adalah ilmu, amal, takwa, dan akhlak. Dan Islam pun memerintahkan
untuk belajar, tidak hanya ilmu-ilmu agama tetapi juga ilmu umum.
[1] Dr. Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2006), h. 25
[2] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan baru, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 10
[3] http:///miftah19.wordpress.com/2010/01/23/konsep-pendidikan-islam-yang-ideal/
[4] Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), Bandung:
Pustaka Setia, 1997, h. 10-12
[5] M. Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam Jilid 1, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2009), h. 28
[6] Hery Noer Aly dan Munzier S, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta:
Friska Agung Insani, 2000), h. 152
[7] Said Agil Husin Al Munawar, Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani
Dalam Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Perss, 2003) h. 52
[8] Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Alma’arif,
1984), h. 27-31
[9] Insanul Kamilah, dkk. Makalah Islam Menganjurkan Pendidikan Yang
Merata, STAI Al Falah Banjarbaru 2010
Comments
Post a Comment